Tubuh porifera masih diorganisasi
pada tingkat seluler, artinya tersusun atas sel – sel yang cenderung bekerja
secara mandiri, masih belum ada koordinasi antara sel satu dengan sel lainnya.
Kata “Porifera” berasal dari kata Latin, pori = lubang – lubang kecil + faro =
mengandung,membawa. Kata tersebut menunjukkan kekhususan hewan yang
bersangkutan, yaitu : memiliki banyak lubang – lubang kecil dan bila disingkat
cukup disebut: Hewan berpori – pori .
Bila dibandingkan dengan susunan tubuh protozoa maka susunan tubuh porifera
adalah lebih kompleks. Sebab tubuhnya tidak lagi terdiri atas sel, tetapi telah
tersusun atas banyak sel. Oleh karena itu beberapa ahli memasukkan Porifaera
dalam kelompok hewan metazoan, walaupun dalam tingkat rendah.
Porifera merupakan filum antara
Protozoa dan Coelenterata. Kesukaran dalam menghubungkan dengan Metazoa
sebenarnya adalah pada sejarah embrional yang khusus. Atas dasar itulah
Porifera digolongkan dalam kelompok Parazoa (para = disamping) atau hewan
sampingan. Porifera mempunyai ciri –
ciri khusus : (1) Tubuh memiliki banyak pori, yang merupakan awal dari system
kanal saluran air yang menghubungkan daerah eksternal; (2) Tubuh tidak
dilengkapi dengan apendiks dan bagian
yang dapat digerakkan; (3) Belum memiliki system saluran pencernaan makanan.
Sistem pencernaanya berlangsung secara intraseluler. Tubuhnya memiliki
penyokong tubuh yang tersusun atas bentuk Kristal dan spikula – spikula atau
bahan serabut yang terbuat dari bahan organic.
Pada umumnya phylum Porifera hidup
di air laut, yaitu tersebar atau terbentang dari sejak daerah perairan pantai
(tide) yang dangkal hingga daerah kedalaman 5,5 km. Familia yang hidup di ai
tawar biasanya termasuk pada Familia Spongilliade.
Fase dewasa bersifat sesil, artinya menetap pada suatu obyek yang keras yang
dipakai sebagai tambahan, misalnya batu – batuan, kayu – kayu yang tenggelam di
dalam air dan ada juga yang melekat pada cangkok hewan – hewan mollusca. Antara
bagian tubuh utamanya dengan tambatan dihubungkan oleh tangkai atau padenkula
yang dibagian proksimal mengadakan pelebaran sebagai bentuk cakram atau bentuk
yang menyerupai akar. Bentuk tubuh sangat bervariasi, yaitu ada yang menyerupai
kipas, jambangan bunga, batang, globular, genta, terompet dan lainnya; hewan
porifera sebagian besar membentuk koloni yang sering tampak tidak teratur,
sehingga tampak seperti tumbuhan. Warna tubuh Poriifera bermacam – macam,
misalnya berwarna kelabu, kuning, merah, biru, hitam, putih keruh, cokelat,
jingga, hijau dan lain – lainnya. Warna tubuh sering berubah, tergantung tempat
sinar. Warna – warna itu diperkuat atau diperlemah warna lain, karena di dalam
tubuhnya menletgandung ganggang yang memiliki warna juga. Ganggang ini rupanya
mengadakan simbiosis dengan Porifera.
Sekujur tubuh porifera
terdapat pori-pori (porus: lubang kecil dan faro:
membawa/mengandung), hal tersebut menjadi sebab utama penamaannya.
Dia antara anggota-anggota Kerajaan Animalia, spons mempunyai stuktur tubuh
yang paling sederhana. Hewan yang dikenal sebagai
hewan spons ini merupakan organisme multiselular. Bentuk tubuh dan warnanya
beragam, misalnya, mirip tumbuhan, bulat, pipih, dan ada yang mirip vas bunga,
sedangkan warna tubuhny ada yang jingga, biru, hitam, ungu, kuning, dan merah.
Porifera belum mempunyai organ, simetri tubuh, sel-sel pengindra, sel saraf, saluran
pencernaan., jaringan saraf maupun mulut. Tubuhnya
tidak bisa bergerak secara dan melekat di dasar perairan (sesil).
Kerangka tubuhnya kuat yang tersusun dari zat kapur, silikat, atau spongin.
Mereka mempunyai daya regenerasi yang tinggi, artinya mampu menumbuhkan kembali
bagian tubuh yang hilang (rusak). Sehingga, jika hewan ini dipotong menjadi
empat bagian, maka akan terbentuk empat hewan porifera baru.
Bentuk paling sederhan dari spons
adalah seperti kantong yang kaku dan berpori
Tubuh
Porifera terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut:
a. Oskulum :
saluran penyebaran air dari tubuh. Tempat air keluar dari spongiosel.
b.
Ostium atau apurturea : lubang kecil tempat masuknya air ke dalam tubuh.
Lubang pada porosit.
c. Paragaster atau
spongiosel : saluran yang terdapat di bagian tengah tubuh. Ruang kosong di
dalam kantong.
d.
Dinding tubuh yang tersusun atas :
1)
Pinakosit : sel pelapis tubuh bagian luar, lapisan
sel-sel yang berbentuk pipih
2) Porosit : sel
berlubang yang di dalamnya terdapat ostia.
3)
Miosit : sel otot yang mengelilingi porosit dan oskulum. Berfungsi untuk
membuka dan menutup sel porosit dan oskulum. Jika miosit mengeut, maka sel
porosit dan oskulum akan menutup.
4)
Koanosit : sel pelapis dinding spongiosel dan berfungsi untuk
mencerna makanan secara intrasel. Pada ujung sel terdapat flagela,
sedangkan pada bagian pangkal terdapat vakuola.
5)
Amebosit : sel penghasil matriks pada lapisan tengah tubuh. Sel ini
berfungsi untuk mengedarkan zat makanan dan dapat berubah fungsi menjadi ovum
dan sperma.
6)
Skleroblas : sel penghasil spikula yang berfungsi sebagai rangka tubuh.
Struktur tubuh porifera kecuali
berpori dengan macam – macam bentuk, dibagi atas tiga tipe yaitu : (1) Ascon, (2) Sycon atau Schyipa dan
(3) Rhagon.
Dari tipe Ascon yang berbentuk
jambangan bunga yang merupakan tipe paling sederhana dapat kita lihat suatu
rongga sentral yang disebut Spongiocoel atau paragaster. Ujung atas dari
jambangan terdapat lubang besar yang
disebut osculum. Lubang itu merupakan
pintu masuk aliran air yang menuju ke dalam rongga prageseter. Dinding tubuh tersusun atas dua lapis yaitu : (1)
lapis luar yang disebut lapisan epidermis atau epithelium dermal. Tapi menurut Lambenfels sel – sel itu bukan sel – sel epithelium
sebenarnya, dan sering disebut pinacocyt dan kadang – kadang mempunyai satu flagellum,
(2) lapis dalam yang terdiri atas jajaran sel – sel berleher yang disebut Choanocyt yang berbentuk botol yang
memiliki flagellum. Di antara kedua lapisan itu terdapat zat antara yang
berbahan gelatin. Di antara kedua lapisan itu terdapat : (a) Amoebocyte yang berfungsi mengedarkan
zat – zat makanan ke sel lainnya dan menghasilkan gelatin. (b) Porocyte (sel berpori) atau myocyte yang
terletak di sekitar pori , yang berfungsi membuka dan menutup pori dan ssring
disebut myocyt. (c) Scleroblast yang
berfungsi membentuk specula (kerangka tubuh). (d) Archeocyt merupakan sel
amoebosit embrional yang tumpul dan dapat membentuk sel – sel lainnya misalnya
sel – sel reproduktif. (e) Spicula yang
merupakan unsur pembentuk tubuh.
Berhubung dinding tubuh porifera
hanya terdiri dari dua lapis, yaitulapis luar ( ektodermal ) dan lapis dalam (
endodermal ), maka ditinjau dari sudut sejarah embrionalnya Porifera termasuk
diploblastis.
Dalam tubuh porifera ditemukan
system saluran air yang dimulai daripori – pori atau porosofil dan diakhiri
pada lubang keluar utama yang disebut osculum. Sebelum air dikeluarkan melalui
oskulum, maka air yangdari segala jurusan tubuh itu lebih dahulu ditampung di
dalam rongga sentral atau spongocoel. Pola saluran air dari berbagai jenis
porifera itu tidak sama, namun mempunyai fungsi pokok yang sama yaitu untuk
mengalirkan air dari dari daerah eksternal. Aliran air tersebut berfungsi
sebagai alat transportasi zat makanan dan zat – zat sisa metabolisme.
Untuk menunjanng dinding tubuh yang
lunak, maka porifera mempunyai penyokong tubuh berupa mesenchym dan Kristal –
Kristal kecil yang berbentuk seperti
duri, bintang atau anyaman – anyaman serabut yang terbuat dari bahan organis
itu merupakan kerangka tubuh dari hewan yang bersangkutan. Kerangka tubuh
semacam ini disebut kerangka dalam atau endoskeleton.
Kalau ditinjau dari bahan pembentuk
kerangka, maka Porifera dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu : (1) Porifera lunak, Porifera jenis ini
kerangka tubuhnya tersusun dari bahan sponging ( organis ). Porifera jenis ini,
biasanya bila telah mati tubuhnya dapat digunakan sebagai alat penggosok tubuh
pada waktu mandi, penggosok alat – alat rumah tangga misalnya meubelair dan
lain – lainnya, benda semacam ini biasanya disebut sponsa. (2) Porifera kapur, Porifera jenis ini
kerangka tubuhnya terbuat dari bahan Kristal zat kapur atau CaCO3 .
(3) Porifera silikat , Porifera jenis
ini kerangka tubuhnya terbuat dari bahan Kristal silikat H2 Si3
O7, Kristal – Kristal yang terbentuk seperti duri, bintang, mata
kail , jangkar dan lain – lainnya yang biasa disebut specula itu merupakan
hasil bentukan atau sekresi dari sel – sel scleroblast. Sedangkan sponging
merupakan sekresi dari sel – sel spongioblast. Baik scleroblast maupun spongioblast merupakan sel – sel khusus dari
mesenchym. Menurut Minchin, scleroblast yang merupakan bentuk khusus dari sel
mesenchym itu sebetulnya derivate dari sel dermanl epithelium yang masuk ke
dalam mesoglea dan di situ membentuk spcula dengan cara bersekresi. Spicula –
specula yang bersifat monakson ( specula bersumbu satu ) dibentuk oleh sebuah
sel scleroblast. Di dalam scleroblast tersebut mula – mula terjadi seutas
benang yang terbuat dari bahan organic, kemudian di sekitar benang itu
didepositkan bahan – bahan CaCO3 seluruh bentukan itulah yang
kemudian menjadi specula. Setelah specula terbentuk maka sel scleoblast lalu
membelah diri menjadi dua, yang satu disebelah sel – pembentuk atau founder
sedang yang lain disebut sel penebal atau thickner. Bila specula telah sempurna
terbentuk, maka sel scleroblast akan meninggalkan specula. Tetapi specula –
specula yang bersifat triakson, dibentuk oleh 3 sel sccleroblast. Bila specula
– specula tersebut telah selesai terbentuk selanjutnya akan bertemu satu dengan
yang lain di ujung – ujung cuatannya.
Fungsi
Berikut ini dibahas aliran air,
makanan dan pencernannya, osmoregulator, ekskresi, pernapasan rekasi terhadap
rangsangan.
Bila dipandang begitu saja Nampak Porifera
memperlihatkan gejala seperti benda mati dalam arti diam tanpa mengadakan
aktivitas. Tetapi bila diamati secara saksama, di dalam tubuhnya terjadi
kegiatan yang luar biasa, dimana flagella dari sel – sel choanachyt giat
mengadakan gerak penyapuan untuk menimbulkan aliran air, aliran mana mempunyai
arti yang sangat vital bagi kehidupannya. Sehubungan dengan aliran air ini,
ternyata Porifera dalam ukuran sedang ( 10 m ) setiap harinya tidak kurang 2624
m3 air yang dimasuk keluarkan melalui tubuhnya. Seperti telah
disebutkan di muka fungsi utama dari aliran air adalah sebagai sarana dalam
penyelenggaraan pertukaran zat, dari daerah eksternal ke dalam daerah internal
dan sebaliknya. Adapun zat yang dipertukarkan adalah partikel – partikel
makanan dan oksigen dimasukkan dari lingkungan internal ke lingkungan
eksternal. Di samping itu aliran air, terutama dari daerah internal juga
berfungsi sebagai sarana dalam pengeluaran benda – benda reproduktif yang erat
hubungannya dengan proses perkembang biakan serta penyebaran generasi.
Porifera bersifat holozoik maupun
saprozik. Makanan Porifera berupa mikroorganisme ( diatomae, bakteri protozoa
dan lain – lain ), serta bahan – bahan organic yang merupakan lapukan atau sisa
– sisa tubuh organism yang telah mati. Adapun mekanisme digesti, disstribusi,
tersebut adalah sebagai berikut : bila aliran yang bersel Choanacyt, maka
disitu terjadi proses penyaringan , di mana mikrofili – mikrofili sel berleher
akan bertindak sebagai filter terhadap material yang terbawa oleh arus aliran
air. Selanjutnya partikel – partikel makanan yang dimaksud akan ditangkap oleh
sel Choanacyt untuk dimasukkan kedalam daerah internalnya yaitu vakuola
makanan. Di dalam vakuola makanan partikel tersebut akan dikerjakan oleh enzim
Karbohidrase, protease dan lipase, semula suasanan dalam vakuola makanan
bersifat asam tetapi bila proses pencernaan telah berlangsung akan berubah
menjadi basa. Sambil mencernakan partikel makanan vakuola makanan akan
mengadakan sklosis dalam rangka mengedarkan sari – sari makanan di dalam sel
Choanacyt itu sendiri. Selanjutnya partikel makanan tersebut dari sel choanacyt
dipindahkan ke sel – sel amoebocyt yang berpangkalan di dekat sel leher. Oleh
sel – sel amoebocyt itu partikel – partikel makanan akan disebarkan keseluruhh
tubuh . partikel makanan yang belum mengalami proses pencernaan secara tuntas
ketka masih di dalam vakuola makanan sel leher, di dalam sel amoebocyt ini
proses pencernaan akan diselesaikan .
dengan begitu proses pencernaan parikel makanan seluruhnya berlangsung secara
intracelulair. Sifat dari sel amoebocyt adalah mobil, artinya senantiasa
mengembara didalam daerah mesoglea atau mesenchym. Proses pengedaran sari –
sari makanan itu dapat berlangsung secara difusi ataupun osmosis dari sel ke
sel yang lain. Dalam hal ini proses osmosis
tidak merupakan proses yang sukar disebabkan letak sel satu dengan yang
lainnya saling berdekatan dengan sel Choanocyt. Zat – zat makanan yang tidak
dapat dicernakan baik oleh sel leher maupun sel amoebocyt akan ditolak keluar
yang selanjutnya diikutkan aliran air di bawah kluar melalui osculum.
Sebetulnya Porifera tidak mempunyai
alat atau organ perapasan khusus, walaupun demikian mereka dalam hal pernapasan
bersifat aerobic. Dalam hal ini yang bertugas menangkap oksigen yang
terlarut didalam air medianya bila
dijajarkan di luar adalah sel – sel epidermis (sel – sel pinacocyt), sedangkan
pada jajaran dalam yang bertugas adalah sel – sel choanocyt. Selanjutnya
oksigen yang telah ditangkap oleh kedua jenis sel tersebut diedarkan ke seluruh
penjuru tubuh oleh sel – sel amoebocyt, berhubung porifera bersifat sesil
artinya tidak mengadakan perpindahan tempat sedangkan hidupnya sepenuhnya
tergantung akan kaya tidaknya kandungan material ( oksigen partikel makanan )
dari air yang merupakan medianya, maka ketika porifera masih dalam fase larva
yang sanggup mengadakan pergerakan yaitu berenang – renang mengembara kian
kemari dengan bulu – bulu getarnya ia akan memilih tempat strategis dalam arti yang kaya akan kandungan
material yang dibutuhkan untuk kepentingan hidupnya. bila air yang merupakan
media hidupnya itu mengalami penyusutan kandungan akan oksigen, maka hal ini
akan mempengaruhi kehidupan porifera yang bersangkutan , artinya tubuhnya juga
akan mengalami penyusutan sehingga menjadi kecil dan bila kekurangan jatah
oksigen sampai melampaui batas
toleransinya maka porifera akan mati.
Dalam hal ini Porifera juga belum
mempunyai alat khusus yang digunakan untuk mengeluarkan zat – zat sampah yang
merupakan sisa metabolisme. Dalam penelitian ternyata zat – zat sampah yang
berupa butir – butir itu dikeluarkan dari daerah internal tubuhnya oleh sel –
sel amoebocyt.
Porifera berkembang biak secara
seksual maupun secara aseksual. Perkembangbiakan
secara aseksual dilakukan dengan
mmbentuk uncup. Kuncup itu setelah mengalami pertumbuhan ada yang masih tetap
melekat pada tubuh induk, sehingga membentuk semacam koloni ataupun rumpun,
tetapi ada juga yang memisahkan diri dengan induk. Perkembang biakan secara
seksual belum dilakukan dengan alat kelamin khusus. Baik ovum maupun
spermatozoidnya berkembang dari sel amoebocyt khusus yang disebut archeocyt.
Sel archeocyt ini ditemukan di dalam daerah mesoglea. Terdapat jenis porifera
yang bersifat monocious ( hermaprodit) ada yang bersifat diocius ( terpisah ).
Bagi yang bersifat hermaphrodit perkawinannya dilakukan secara perkawinan
silang, artinya ovum dari porifera yang satu dibuahi oleh spermatozoid Porifera
lain. Ovum sebelum dan sesudah dibuahi oleh speermatozid masih tetap tinggal
didalam tubuh induknya, yaitu di dalam daerah mesoglea atau mesenchym. Setelah terjadi pembuahan , maka zigot akan
mengadakan proses pembelahan berulang kali membentuk larva yang berambut getar
yang disebut amphibllastula, dan amphiblastula ini kemudian akan keluar dari
dalam tubuh induknya melalui osculum. Setelah amphiblastula ini tiba di
lingkungan eksternal dengan rambut getarnya ia akan dapat menjamin kebutuhan
hidupnya ( kaya akan kandungan oksigen dan kaya akan zat – zat makanan yang
diperlukan ). Bila telah menemukan tempat yang sesuai kemudian melekatkan diri
pada suatu objek tertentu dan selanjutnya tubuh porifera menjadi baru. Pembentukan butir benih atau gemmulae, ini
juga merupakan cara perkembang biakan , terutama dilakukan oleh porifera air
tawar. Butir gemmulae sangat tahan terhadap kondisi alam sekitar yang buruk,
misalnya habitat yang menjadi kering, kandungan oksigen pada air yang menjadi
medianya makin kurang dan lain – lainnya. Bila kolam dimana porifera itu hidup
menjadi keering dalam jangka waktu yang lama , akan menyebabkan kematian
porifera yang bersangkutan. Walaupun poriferanya telah mati namun butir – butir
gemmulae yang ada di dalamnya akan tersebar keluar dari dalam tubuh induknya.
Pada kondisi alam sekitarnya yang telah menjadi normal kembali maka sel – sel archeocyt yang merupakan inti butir gemmulae
itu akan keluar dari dalam kista dan tumbuh menjadi porifera baru.
Porifera
dapat dikelompokkan berdasarkan tipe saluran air maupun jenis zat penyusu
rangka tubuh.
a.
Tipe saluran air
1) Tipe Askon : sistem saluran air yang paling
sederhana, secara berurutan terdiri atas ostia, spongiosel, dan oskulum.
Contohnya: Leucosolenia dan Clatharina blanca.
2) Tipe Sikon : saluran airnya meliputi
ostia, saluran radial yang tidak bercabang, spongiosel, dan oskulum. Contohnya
: Pheronema sp., Schypa, dan Sycon gelatinosum.
3) Tipe Leukon (ragon) : tipe terumit. Salurannya
terdiri atas ostia, saluran radial yang bercabang-cabang, spongiosel, dan
oskulum. Contohnya: Euspongia officinalis dan Euspongia mollissima.
b.
Jenis Zat Penyusun Rangka Tubuh
1) Kalkarea : tubuhnya tersususn dari zat kalsium karbonat (kapur),
memiliki ukuran tubuh kecil, dan hidup di laut dangkal. Contohnya : Klathrina
blanca dan Sycon gelatinosum.
2) Heksaktinelida : memiliki rangka tubuh dari zat silikat. Contohnya : Pheronema
sp.
3) Demospongiae : ada yang tidak mempunyai rangka atau mempunyai rangka
dari serabut spongin (zat tanduk), dan ada juga yang tersusun dari serabut
spongin dan zat silikat. Contohya: Euspongia officinalis, Euspongia
mollisima, dan Spongila carteri (rangka dari spongin), Poterion dan
Oscarella sp. (tanpa rangka tubuh), serta Corticium candelabrum
(rangka dari spongin dan silikat).
Berikut
ciri – ciri Porifera
Ciri-ciri morfologinya antaralain:
1. tubuhnya berpori (ostium)
2. tubuh porifera asimetri (tidak beraturan), meskipun ada yang simetri radial.
3. berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau tumbuhan
1. tubuhnya berpori (ostium)
2. tubuh porifera asimetri (tidak beraturan), meskipun ada yang simetri radial.
3. berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau tumbuhan
Ciri-ciri anatominya antara lain:
1. memiliki tiga tipe saluran air, yaitu askonoid, sikonoid, dan leukonoid
2. pencernaan secara intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit
Peranan
Porifera
Rangka tubuh porifera mempunyai nilai ekonomi yang
tinggi, karena dapat dimanfaatkan sebagai alat pembersih (penggosok) alami ataupun
sebagai pengisi jok (tempat duduk) kendaraan bermotor.
Euspongia oficinalis merupakan spons yang biasa digunakan untuk
mencuci, sedangkan Euspongia mollisima biasa digunakan sebagai alat
pembersih toilet yang harganya mahal. Beberapa jenis Porifera seperti Spongia dan Hippospongia
dapat digunakan sebagai spons mandi.
Spons menghasilkan senyawa bioaktif
yang berfungsi sebagai pertahanan diri. Senyawa tersebut ternyata berpotensi
sebagai bahan obat-obatan. Spesies Petrosia contegnatta mengahsilkan
senyawa bioaktif yang berkhasiat sebagai obat anti kanker, sedangkan obat
anti-asma diambil dari Cymbacela. Spons Luffariella variabilis
menghasilkan senyawa bastadin, asam okadaik, dan monoalid yang bernilai jual
sangat tinggi.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Porifera adalah hewan yang memiliki banyak lubang – lubang kecil atau biasa
disebut pori – pori, tidak memiliki
bagian tubuh yang dapat digerakkan, Hewan yang
dikenal sebagai hewan spons ini merupakan organisme multiselular. Bentuk tubuh
dan warnanya beragam, misalnya, mirip tumbuhan, bulat, pipih, dan ada yang
mirip vas bunga, sedangkan warna tubuhny ada yang jingga, biru, hitam, ungu,
kuning, dan merah.
2.
Ciri-ciri morfologinya antara lain:
1. tubuhnya berpori (ostium)
2. tubuh porifera asimetri (tidak beraturan), meskipun ada yang simetri radial.
3. berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau tumbuhan
Ciri-ciri anatominya antara lain:
1. memiliki tiga tipe saluran air, yaitu askonoid, sikonoid, dan leukonoid
2. pencernaan secara intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit
1. tubuhnya berpori (ostium)
2. tubuh porifera asimetri (tidak beraturan), meskipun ada yang simetri radial.
3. berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau tumbuhan
Ciri-ciri anatominya antara lain:
1. memiliki tiga tipe saluran air, yaitu askonoid, sikonoid, dan leukonoid
2. pencernaan secara intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit
Porifera hidup secara heterotrof. Makanan porifera antara lain
diatom, protozoa kecil, bakteri dan partikel organik yang mengendap dari
permukaan air. Makanan
tersebut dicerna secara intraseluler di dalam vakuola.
Spons memperoleh makananya dengan cara menyaring
partikel-pertikel makanan yang terbawa arus melewati tubuhnya. Makanan diperoleh dengan cara mengalirkan air melalui
ostia (ostium) ke dalam spongiosel. Air digerakkan oleh flagelata yang terdapat
pada koanosit. Selanjutnya, air dialirkan ke dalam vakuola yang terdapat di
pangkal koanosit untuk dicerna. Bahan
makanan yanga sudah dicerna akan diedarkan ke seluruh bagian tubuh oleh sel
amebosit. Sisa hasil pencernaan dikeluarkan ke spongiosel dan dibuang keluar
tubuh memalui ostium.
3. KLASIFIKASI PORIFERA
Kelas Calcarea
a. Rangkanya berspikula kapur
b. Koanositnya besar
c. Biasanya hidup di laut
dangkal
Contoh-contoh dari kelas ini adalah Scypha, Leucosolenia,
Cerantia, Ceranthrina, dan Sycon gelatinosum
Kelas Hexactinellida
a. Rangkanya berspikula kersik
b. Kebanyakan hidup di laut dalam
Contoh-contohnya : Euplectella,
Hyalonema, Pheronema
Kelas Demospongia
a. Umumnya tidak berangka,
yang berangka rangkanya terdiri dari zat kersik atau spongin
atau
campuran keduanya.
b. Hewan ini dimanfaatkan sebagai bahan
industry spon
c. Ada species yang tidak dapat bergerak
d. Hidup di laut dangkal Contoh-contohnya : Euspongia
mollisima, Hypospongia equine, Haliclona, spongilla corteri
4. 1.
Keuntungan
Rangka tubuh porifera
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, karena dapat dimanfaatkan sebagai alat
pembersih (penggosok) alami ataupun sebagai pengisi jok (tempat duduk)
kendaraan bermotor.
Euspongia oficinalis merupakan spons yang biasa digunakan untuk
mencuci, sedangkan Euspongia mollisima biasa digunakan sebagai alat
pembersih toilet yang harganya mahal. Beberapa jenis Porifera seperti Spongia dan Hippospongia
dapat digunakan sebagai spons mandi.
Spons
menghasilkan senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai pertahanan diri. Senyawa
tersebut ternyata berpotensi sebagai bahan obat-obatan. Spesies Petrosia
contegnatta mengahsilkan senyawa bioaktif yang berkhasiat sebagai obat anti
kanker, sedangkan obat anti-asma diambil dari Cymbacela. Spons
Luffariella variabilis menghasilkan senyawa bastadin, asam okadaik, dan
monoalid yang bernilai jual sangat tinggi.
2.
Kerugian
Secara umum kerugian porifera terhadap
manusia sangat kecil, mungkin salah satu contoh kerugian yang ditimbulkan
porifera karena dapat hidup melekat pada
kulit tiram sehingga menurunkan kualitas tiram di peternakan tiram.